2.1.a.8 Koneksi Antar Materi Modul 2.1- Pembelajaran berdiferensiasi
Koneksi Antar Materi Modul 2.1
Pembelajaran Berdiferensiasi sebagai Upaya
Pemenuhan Kebutuhan Belajar Murid
Ai Anita Nurhayati
Calon Guru Penggerak Angkatan 9
SMK Negeri 1 Talaga - Kab. Majalengka
"Serupa seperti para pengukir yang memiliki pengetahuan mendalam tentang keadaan kayu, jenis-jenisnya, keindahan ukiran dan cara mengukirmya. Seperti itulah seorang guru seharusnya memiliki pengetahuan yang mendala tentang seni mendidik, Bedanya Guru mengukir manusia yang memiliki lahir dan batin "
(Ki Hadjar Dewantara)
PENDAHULUAN
Sebagai seorang pendidik,
kita tentu menyadari bahwa setiap murid itu beragam dan unik yang pada dasarnya
mereka memiliki kodratnya masing-masing. Tugas kita sebagai pendidik adalah
menyediakan lingkungan belajar yang inklusif dan dapat menumbuhkembangkan
potensi secara optimal yang ada pada diri murid tersebut.
Karena sudah menjadi suatu
keniscayaan bahwa murid itu beragam, maka sebagai guru kita harus berpikir
bagaimana caranya menyediakan layanan pendidikan yang memungkinkan semua murid
mendapatkan kesempatan dan pilihan untuk mempelajri setiap materi yang
disampaikan oleh guru secara efektif dan komprehensif. Karena faktanya, jika
tidak adanya respon terhadap keberagaman tersebut maka akan terjadi kesenjangan
belajar (learning gap) yang dapat menyebabkan ketidaksesuaian pencapaian murid
yang seharusnya. Salah satu caranya adalah dengan merespon karakteristik
murid-murid dengan mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi.
Pembelajaran Berdiferensiasi mewakili suatu pendekatan
yang mengakui keragaman dan perbedaan di antara murid sebagai aset yang kaya
dalam proses pembelajaran. Dengan fokus pada penyesuaian materi, metode, dan
penilaian, pendekatan ini berupaya untuk memenuhi kebutuhan belajar yang
beragam dari setiap murid. Tujuan utamanya bukan hanya untuk mencapai tingkat
kelulusan, tetapi juga untuk memastikan pemahaman mendalam, pengembangan
kreativitas, serta penerapan pengetahuan dalam konteks kehidupan nyata.
Pembelajaran Berdiferensiasi mengakui bahwa murid
memiliki tingkat pemahaman, minat, dan gaya belajar yang berbeda-beda. Oleh
karena itu, melalui penyesuaian konten pembelajaran, pilihan tugas, serta
pendekatan pengajaran, pendekatan ini menciptakan lingkungan yang memungkinkan
setiap individu untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensinya. Dalam era
di mana keterampilan adaptasi dan pemecahan masalah menjadi semakin penting,
Pembelajaran Berdiferensiasi tidak hanya merespon kebutuhan siswa, tetapi juga
mempersiapkan mereka untuk menghadapi tantangan dunia yang terus berubah.
KESIMPULAN
Pembelajaran
Berdiferensiasi adalah usaha guru untuk menyesuaikan proses pembelajaran di
kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu murid. Menurut Tomlinson (1999:14)
dalam kelas yang mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi, seorang guru
melakukan upaya yang konsisten untuk merespon kebutuhan belajar murid.
Pembelajaran
berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense)
yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid.
Keputusan-keputusan yang dibuat tersebut adalah yang terkait dengan:
1.
Tujuan
pembelajaran yang didefinisikan secara jelas
Guru
harus paham capaian pembelajaran dan tujuan pembelajaran agar dapat menentukan
bagaimana ia dapat membantu murid-muridnya untuk mencapainya. Dalam hal ini
bukan hanya guru yang perlu jelas dengan tujuan pembelajaran namun juga
muridnya.
2.
Bagaimana
guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar muridnya
Ki Hadjar
Dewantara menganalogikan guru seperti para pengukir yang memiliki pengetahuan
mendalam tentang keadaan kayu, jenis-jenisnya, keindahan ukiran, dan cara-cara
mengukirnya. Inti dari Pembelajaran Berdiferensiasi adalah sejauh mana guru
dapat memahami kebutuhan belajar murid-muridnya yang beragam. Bagaimana seorang
guru dalam menyesuaikan rencana pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar
murid tersebut. Misalnya, apakah ia perlu menggunakan sumber yang berbeda, cara
yang berbeda, dan penugasan serta penilaian yang berbeda.
Tomlinson (2001) dalam
bukunya yang berjudul How to Differentiate Instruction in Mixed Ability
Classroom menyampaikan bahwa kita dapat mengkategorikan kebutuhan belajar
murid, paling tidak berdasarkan 3 aspek. Yaitu :
a)
Kesiapan belajar
(readiness) murid
Kesiapan
belajar (readiness) adalah kapasitas untuk mempelajari materi, konsep, atau
keterampilan baru. Mendiferensiasi pembelajaran berdasarkan tingkat kesiapan
belajar murid mengharuskan guru untuk menilai pengetahuan awal dan menentukan
apa yang telah murid ketahui dan di mana murid berada (Tomlinson, 2001).
Dalam
melakukan identifikasi atau pemetaan kebutuhan belajar murid dari aspek
kesiapan belajar murid alat yang disebut Equalizer yang diperkenalkan oleh
Tomlinson (Tomlinson, 2001).
b)
Minat murid
Minat
adalah salah satu motivator penting bagi murid untuk “terlibat aktif” dalam
proses pembelajaran (Tomlinson, 2001).
Tujuan
melakukan pembelajaran yang berbasis minat, diantaranya adalah sebagai berikut:
1.
Cocokkan
Minat memungkinkan guru
mengaitkan murid dan membuat murid “terlibat” dalam pembelajaran
2.
Koneksikan
Minat membantu
mengkoneksikan materi pembelajaran dalam kehidupan pribadi murid
3.
Jembatani
Minat menjembatani apa
yang telah murid ketahui dengan pengetahuan yang baru
4.
Memotivasi
Minat memungkinkan
tumbuhnya motivasi murid untuk belajar
Beberapa cara yang dapat dilakukan oleh guru
didalam kelas untuk menarik minat murid diantaranya adalah:
1.
Menciptakan
situasi pembelajaran yang menarik perhatian murid (misalnya dengan humor,
menciptakan kejutan-kejutan, dsb),
2.
Menciptakan
konteks pembelajaran yang dikaitkan dengan minat individu murid,
3.
Mengkomunikasikan
nilai manfaat dari apa yang dipelajari murid,
4.
Menciptakan
kesempatan-kesempatan belajar di mana murid dapat memecahkan persoalan (problem-based
learning).
c)
Profil belajar
murid
Profil
Belajar mengacu pada cara-cara bagaimana kita sebagai individu dapat belajar
dengan cara yang paling baik. Tujuan dari mengidentifikasi atau memetakan
kebutuhan belajar murid berdasarkan profil belajar adalah untuk memberikan
kesempatan kepada murid untuk belajar secara natural dan efisien.
Beberapa faktor yang
mempengaruhi profil belajar murid diantaranya:
1.
Preferensi
terhadap lingkungan belajar, misalnya terkait dengan suhu ruangan, tingkat
kebisingan, jumlah cahaya, apakah lingkungan belajarnya terstruktur/tidak
terstruktur, dsb.
Contohnya: mungkin ada
anak yang tidak dapat belajar di ruangan yang terlalu dingin, terlalu bising,
terlalu terang, dsb.
2.
Pengaruh
Budaya: santai - terstruktur, pendiam - ekspresif, personal - impersonal.
3.
Preferensi
gaya belajar.
1)
Visual :
belajar dengan melihat (misalnya melalui materi yang berupa gambar, menampilkan
diagram, power point, catatan, peta, graphic organizer);
2)
Auditory :
belajar dengan mendengar (misalnya mendengarkan penjelasan guru, membaca dengan
keras, mendengarkan pendapat saat
berdiskusi, mendengarkan musik);
3)
Kinestetik :
belajar sambil melakukan (misalnya bergerak dan meregangkan tubuh, kegiatan
hands on, dsb).
4.
Preferensi berdasarkan
kecerdasan majemuk (multiple intelligences):
Delapan kecerdasan berbeda
yang mencerminkan berbagai cara dalam berinteraksi yaitu : visual-spasial,
musical, bodily-kinestetik, interpersonal, intrapersonal, verbal-linguistik,
naturalis, logic- matematika.
3.
Menciptakan
lingkungan belajar yang “mengundang’ murid untuk belajar
Dapat
dilakukan dengan 3 strategi pembelajaran diferensiasi yaitu :
a)
Diferensiasi
Konten.
Konten
adalah materi pengetahuan, konsep, dan
keterampilan yang perlu dipelajari murid berdasarkan kurikulum. Diferensiasi
Konten dapat dilakukan dengan:
1.
Menyiapkan
materi yang akan diajarkan dalam beragam format: buku, poster, video, audio,
dsb.
2.
Memberikan
teks yang lebih mudah untuk dibaca kepada siswa yang memang masih mengalami
kesulitan memahami konsep.
3.
Memecah materi
yang banyak menjadi bagian-bagian kecil sehingga lebih mudah dipahami oleh
murid yang masih kesulitan.
4.
Membuat
kosakata kunci dan definisinya.
5.
Memberikan
teks bacaan dengan beragam topik.
b)
Diferensiasi
Proses
Proses
adalah kegiatan yang memungkinkan murid berlatih dan memahami atau memaknai
konten. Diferensiasi Proses dapat dilakukan dengan:
1.
Memberikan
pendampingan atau tingkat dukungan yang berbeda bagi murid.Misalnya, siswa
sangat mampu dapat bekerja hanya dengan pertanyaan pemandu, murid yang cukup
mampu dapat bekerja hanya dengan diberikan contoh dan dapat melanjutkan bekerja
mandiri, sedangkan untuk murid yang masih kesulitan dapat dibantu secara
intensif
2.
Membuat
kelompok belajar tambahan untuk mengajarkan kembali konten dengan cara yang
baru atau lebih terbimbing bagi murid yang mengalami kesulitan.
3.
Memberikan
kesempatan kepada murid untuk memilih apakah ia ingin membaca materi secara
individu atau secara kelompok.
4.
Memberikan
pilihan berdasarkan minat. Misal saat pelajaran sejarah murid diminta untuk
menceritakan sosok pahlawan, murid bebas menentukan pahlawan yang ingin mereka
eksplorasi.
5.
Memberikan
pilihan murid mau bekerja sambil berdiri atau duduk. dll
c)
Diferensiasi
Produk
Produk adalah
bukti yang menunjukkan apa yang telah murid pahami. Diferensiasi Produk dapat
dilakukan dengan:
1.
Murid yang
memerlukan bimbingan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai konten inti
materi, yang cukup mahir dapat membuat presentasi yang menjelaskan penyelesaian
masalah sederhana, dan bagi peserta yang sangat mahir dapat membuat sebuah
inovasi atau menelaah permasalahan yang lebih kompleks.
2.
Memberikan
pilihan kepada murid untuk memilih dalam
menunjukkan pemahaman; lewat tulisan, lewat diagram, demonstrasi, lewat gambar,
video dsb
4.
Manajemen
kelas yang efektif.
Proses
belajar dapat berjalan maksimal Ketika guru menerapkan manajemen kelas yang efektif karena manajemen
kelas yang efektif sangat menentukan kualitas kegiatan belajar mengajar. Ketika
kualitas belajar dan mengajar baik, maka tujuan pembelajaran juga akan tercapai
dengan baik. Itulah mengapa seorang guru harus memiliki kemampuan manajemen
kelas yang efektif.
Manajemen kelas dapat
dimulai dengan membuat dan menyepakati keyakinan kelas bersama-sama
5.
Penilaian
berkelanjutan
Praktik
pembelajaran berdiferensiasi haruslah berakar pada penilaian. Penilaian
formatif memungkinkan guru untuk mengenal murid mereka dengan lebih baik, oleh
karena itu, mereka dapat membuat keputusan terbaik demi menantang murid dengan
tepat dan melibatkan murid dalam pembelajaran.
Dalam penerapannya dikelas
kita dapat melakukan penilaian dengan cara:
a)
Assessment for
learning - Penilaian yang dilakukan selama berlangsungnya proses pembelajaran
dan biasanya digunakan sebagai dasar untuk melakukan perbaikan proses belajar
mengajar. Berfungsi sebagai penilaian formatif. Sering disebut sebagai
penilaian yang berkelanjutan (on-going assessment)
b)
Assessment of
learning - Penilaian yang dilaksanakan setelah proses pembelajaran selesai.
Berfungsi sebagai penilaian sumatif
c)
Assessment as
learning - Penilaian sebagai proses belajar dan melibatkan muridmurid secara
aktif dalam kegiatan penilaian tersebut. Penilaian ini juga dapat berfungsi
sebagai penilaian formatif.
Jelaskan bagaimana pembelajaran
berdiferensiasi dapat memenuhi kebutuhan belajar murid dan
membantu mencapai hasil belajar yang optimal?
Kebutuhan belajar murid
dapat dikategorikan menjadi 3 aspek yaitu : kesiapan belajar murid, minat
murid dan profil belajar murid. Agar pembelajaran berdiferensiasi dapat
memenuhi kebutuhan belajar murid dan membantu mencapai hasil belajar yang
optimal maka guru harus dapat menerapkan 3 strategi pembelajaran
berdiferensiasi :
1.
Diferensiasi
Konten
Diferensiasi
konten dapat dilakukan berdasarkan minat murid, sebagai contoh saat belajar
tentang teks narasi guru dapat menyediakan berbagai teks dengan topik hal-hal
yang disukai murid. Sedangkan untuk diferensiasi konten berdasarkan profil
belajar, dapat dilakukan dengan cara memastikan bahwa murid kita dapat
mengakses materi ajar tersebut sesuai dengan gaya belajarnya
2.
Diferensiasi
Proses
Diferensiasi Proses mengacu pada bagaimana murid akan memahami/memaknai materi yang dipelajari. Ada banyak cara dalam melakukan diferensiasi proses diantaranya: a) kegiatan berjenjang, b) pertanyaan pemandu atau tantangan, c) membuat agenda individual, d) memvariasikan lama waktu, e) mengembangkan kegiatan bervariasi, f) menggunakan pengelompokan yang fleksibel
3.
Diferensiasi
Produk
Memberikan
pilihan kepada murid dalam mengekspresikan hasil pekerjaan/unjuk kerja yang
harus ditunjukkan oleh murid kepada guru sesuai dengan minat dan profil
belajarnya.
Bagaimana kaitan antara materi pembelajaran
berdiferensiasi dengan filosofis pendidikan Ki Hadjar Dewantara, nilai dan
peran guru penggerak, visi guru penggerak dan budaya positif?
Kaitan antara materi
pembelajaran berdiferensiasi dengan filosofis pendidikan Ki Hadjar Dewantara,
nilai dan peran guru penggerak, visi guru penggerak, dan budaya positif adalah
sebagai berikut:
1.
Filosofis
Pendidikan Ki Hadjar Dewantara:
Filosofis
pendidikan Ki Hadjar Dewantara, yang terkenal dengan konsep "Ing Ngarsa
Sung Tulada, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani", mengedepankan
pendidikan yang berfokus pada mengembangkan kepribadian dan karakter siswa.
Pendekatan ini sejalan dengan pembelajaran berdiferensiasi, karena memandang
setiap siswa sebagai individu yang unik dengan potensi dan kebutuhan belajar
yang berbeda. Melalui pendekatan diferensiasi, guru mampu merespons perbedaan
ini dengan memberikan pengalaman belajar yang relevan dan mendukung
perkembangan penuh potensi siswa.
2.
Nilai dan
Peran Guru Penggerak;
Guru
penggerak adalah sosok yang memiliki komitmen kuat terhadap perubahan positif
dalam dunia pendidikan. Filosofi ini mencerminkan peran guru sebagai pemimpin
dan motivator untuk meningkatkan mutu pendidikan. Dalam konteks pendidikan
berdiferensiasi, guru penggerak memiliki peran penting dalam merancang,
mengarahkan, dan menerapkan strategi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan
individual siswa. Guru penggerak juga memiliki nilai-nilai inklusif dan adil
dalam memberikan kesempatan belajar yang setara bagi setiap siswa.
3.
Visi Guru
Penggerak:
Visi guru
penggerak adalah pandangan jangka panjang tentang tujuan dan arah perkembangan
pendidikan. Dalam konteks pembelajaran berdiferensiasi, visi guru penggerak
mencakup kesadaran akan keberagaman siswa dan tekad untuk menciptakan
lingkungan pembelajaran yang inklusif dan mendukung perkembangan optimal semua
siswa, tanpa memandang latar belakang atau kemampuan.
4.
Budaya
Positif:
Budaya
positif dalam konteks pendidikan merujuk pada lingkungan yang mendukung
pembelajaran, kerja sama, dan pertumbuhan siswa secara positif. Dalam
pendekatan berdiferensiasi, guru berperan penting dalam membentuk budaya
positif di kelas dengan menciptakan suasana yang inklusif, saling menghargai,
dan mendorong siswa untuk bekerja sama serta saling mendukung. Budaya positif
ini mendorong siswa merasa nyaman dalam mengeksplorasi dan mengembangkan
potensi mereka.
Secara keseluruhan,
pendidikan berdiferensiasi berhubungan erat dengan filosofis pendidikan Ki
Hadjar Dewantara, nilai dan peran guru penggerak, visi guru penggerak, serta
menciptakan budaya positif di lingkungan pembelajaran. Semua elemen ini
berkontribusi untuk menciptakan pengalaman belajar yang beragam, inklusif, dan
mendukung perkembangan optimal siswa. Lingkungan yang seperti ini akan
menciptakan suatu budaya positif di sekolah, sehingga Visi sekolah yang menginginkan
murid-muridnya memiliki profil pelajar Pancasila akan terwujud.
Calon Guru Penggerak Angkatan 9
SMK Negeri 1 Talaga - Kab. Majalengka
Komentar
Posting Komentar